Sabtu, 19 Juni 2010

Bisnis bibit dan daging ayam kampung cukup menjanjikan

Bisnis bibit dan daging ayam kampung semakin mendapatkan momentum baik pasca merebaknya wabah avian influenza (AI) subtipe H5N1 yang masuk indonesia pada tahun 2004. Meskipun belum ada data yang pasti, tetapi para pedagang serta pelaku usaha semakin sulit mendapatkan telur dan daging ayam kampung untuk dipasok ke restoran atau rumah makan. Kesulitan pemenuhan kebutuhan itu wajar karena terjadi kekurangan pasokan bibit ayam kampung akibat wabah tersebut.

Data diyjrn peternakan menunjukan pada tahun 2008 terjadi kekurangan bibit ayam kampung sebanyak 30 juta ekor. Sementara, pada tahun 2009 hingga awal tahun 2010, stok bibit ayam kampung diperkirakan masih kekurangan sebanyak 40 juta ekor. Hal ini menunjukkan pasar bibit ayam kampung di indonesia justru semakin terbuka lebar.

Didaerah lain pun kelihtanya mengalami hal serupa. Serangan AI tidak hanya menyebabkan kematian unggas, tetapi juga menyebabkan masyarakat enggan beternak ayam kampung. Terutama di lingkungan yang padat penduduk. Hal ini disebabkan begitu gencarnya kampanye antiflu burung yang di sebarkan melalui media masa serta spanduk yang ditempelkan di puskesmas dan kantor. Padahal pemeliharaan dengan biosekutiti yang baik dapat menanggulangi serangan virus AI.